Sabtu, 19 April 2008

PATOLOGI

Tendinitis pada salah satu otot rotator bias terjadi berdasarkan perubahan-perubahan degeneratif, dengan atau tanpa adanya pembebanan yang terlalu berat. Petunjuk bahwa pembebaban terlalu berat sering ditemui dalam anamnesis. Keluhannya tidak dapat dibedakan dari keluhan kebanyakan gangguan bahu lainnya.
Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum majus humeri, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk oleh kaput humeri (dengan bungkus kapsul sendi glenohunerale) sebagai alasnya, dan akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya. Disini tendon tersebut akan saling bertumpang tindih dengan tendon dari kaput longus biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh tendon biseps ini akan mengakibatkan kerusakan tendon otot supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus.
Tendinitis supra spinatus dapat disertai ataupun tanpa adanya kalsifikasi. Ada tidaknya klasifikasi mempunyai hubungan langsung dengan ada tidaknya rasa nyeri. Rasa nyeri dapat timbul bila defosit berdiameter 5 mm atau lebih (kadang defosit kalsium nya kurang dari 1,5 cm dimeternya bersifat asimtomatis). Rasa nyeri ini timbul karena kristal kalsium hidrokxyapatite yang ada ditempat tersebut menjebol masuk kedalam bursa subacromialis, yang selanjutnya menimbulkan bursitis akut. Penderita tendinitis biasanya datang dengan keluhan nyeri bahu yang disertai keterbatasan gerak sendi bahu. Bila ditelusuri, daerah rasa nyerinya adalah di seluruh daerah sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul sewaktu mengangkat bahu. Pada malam hari nyeri ini dirasakan terus-menerus, dan bertambahnya nyeri bila lengan diangkat. Keluhan umum yang biasanya disampaikan adalah kesulitan memakai baju, menyisir rambut, memasang konde atau kalau akan mengambil bumbu dapur di rak gantung bahunya terasa nyeri.

TEKNIK PEMERIKSAAN

Pada pemeriksaan fungsi kita dapat menemukan adanya rasa sakit, baik pada otot yang bersangkutan (secara isometric) ditegangkan, maupun pada saat otot tersebut dikedangkan secara pasif. Pada tes daya tahan M. Supraspinatus dengan abduksi dan tes pengedangan pasif dengan endorotasi + aduksi, maka akan ada rasa sakit.
Sering kali kita melihat suatu kombinasi antara painful arc dan adanya rasa sakit pada tes daya taha tesebut. Hal ini masuk akal, karena M. Supraspinatus adalas salah satu dari tiga otot (M. Subscapularis dan M. Infraspinatus) yang untuk sebagian besar atau kecil termampat sewaktu elevasi. Diharapkan bahwa dengan ada tidaknya rasa sakit pada tes daya tahan berarti adanya luka tendon atau adanya bursitis. Dalam praktek hal ini kurang jelas. Menegangkan otot dengan kuat pun menyebabkan kompensasi bursa. Oleh karena itu, kita sering mendapat satu atau lebih tes daya tahan yang menimbulkan rasa sakit pada pasien dengan bursitis subacromilis. Ada berbagai cara :
- Pengulangan tes daya tahan dalam sikap lain, misalnya dengan berbaring. Sering pada posisi ini tiba-tiba menimbulkan rasa sakit, atau terjadi bahwa tes-tes ini yang semula menimbulkan rasa sakit, sekarang tidak menimbulkan rasa sakit lagi. Kemungkinan besar bahwa dalam hal itu diagnosanya adalah bursitis.
- Pengulangan tes daya tahan yang menimbulkan rasa sakit di bawah traksi. Traksi pada lengan atas mengakibatkan terjadinya pengedangan tendon, tetapi memberikan ruang lebih luas untuk bursa. Bila tes ini kurang menimbulkan rasa sakit dibandingkan dengan tiadanya trakasi, maka hal ini mendukung diagnosa adanya bursitis. Sedangkan bila rasa sakitnya sama, atau malah lebih sakit maka ini mendukung diagnosa adanya luka tendon.
- Pemberian anastesi local pada bursa atau tempat perlengketan tendon. Apabila beberapa menit setelah diberi anastesi tidak timbul rasa sakit lagi saat dilaksanakan tes daya tahan, hal ini berarti bahwa lukanya berada didalam struktur yang telah diberi obat bius tersebut.
Pengulangan tes daya tahan dibawah traksi tidak mengurangi rasa sakit (dalam hal bursitis sakitnya berkurang). Suatu tendopati inersi sering juga disertai oleh painful arc.
Secara umum :
a. Keterangan umum pasien
b. Data medis RS
· Diagnosa
· Catatan klinis
· Terapi medis
c. Fisioterapi
Anamnesis
· Keluhan utama
· Riwayat penyakit sekarang
· Riwayat penyakit dahulu
· Riwayat penyakit penyerta
· Riwayat pribadi
· Riwayat kluarga

Inspeksi

Inspeksi sudah bias dimulai dari saat pasien masuk. Selanjutnya pasien diperiksa dalam berbagai posisi : posisi kepala, simetri kontur tubuh, posisi tulang belakang, berubahnya warna kult, atrofi otot, pembengkakan yang abnormal. Adanya asimteri ringan sebagai akibat scoliosis torakal yang ringan tidak mempunyai arti klinis. Juga posisi bahu dominant yang agak lebih rendah merupakan gejala yang normal, yang terutama pada olahragawan serinh ditemukan.
Pemerisaan fungsi
Pemeriksaan fungsi yang dilakukan adalah secara keseluruhan. Mula-mula fungsi tulang belakang bagian servical/leher, selanjutnya pemeriksaan funsi scapula dan clavicula. Dan selanjutnya pemeriksaan bahu yang lebih khusus.
Secara khusus :
Ø Painfull arc supraspinatus 0-60 derajat
Ø Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama abduksi dan eksorotasi.
Ø Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus.
Ø Tes “Apley Scratch” dan “Mosley”: positif. (Kedua tes ini bukan merupakan tes khusus bagi tendinitis supraspinatus saja. Tes “Apley Scratch” sedang tes dan “Mosley” juga positif pada kerusakan otot “rotator cuff” yang lain).

GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang dapat ditemui pada kasus tendinitis supraspinatus :
1. Adanya nyeri tekan pada tendon supraspinatus yang berinsertio pada tuberculum mayus
2. Adanya nyeri 600- 750 pada saat abd aktif
3. Pain full arc 0- 600

INTERVENSI FISIOTERAPI

Pengobatan tendonitis pada bahu, kalau memungkinkan terarah pada penyebabnya, jika penyebab tersebut dapat ditunjukkan. Terapi local dapat diberikan fisioterapi dengan berbagai jenis cara. Bentuk pengobatan yang popular adalah friksi melintang, suatu teknik memijit yang sifatnya sangat local.
Suatu suntikan dengan sebuah anaestheticum local atau preparat kortikosteroid dapat dipertimbangkan, jika cara-cara pengobatan yang lain tidak mempunyai efek
Secara umum penanganan yang dapat diberikan adalah :
1. Diberi kompres hangat untuk mengurangi spasme otot supraspinatus
2. Massage pada tendon supraspinatus
Dengan menggunakan tehnik transver friction
Tujuan diberi massage ini untuk
- Mengurangi nyeri
- Relaksasi otot
- Peningkatan vaskularisasi
3. Terapi elektris dengan menggunakan SWD
4. Terapi latihan

Referensi :
- Mens, J.M.A and deWolf, A.N; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh;Cetakan kedua, Houten, 1994
- Husdaya, Prastya ; Rematologi; Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisoterapi, Surakarta, 2002
- www. Physio.com

1 komentar:

Fisiotarapinusantara mengatakan...

mudah mudahan tulisan yang anda buat bermanfaat bagi orang lain